exploringdatascience.com – Di era digital saat ini, ancaman siber semakin kompleks. Salah satu serangan yang sering luput dari perhatian publik adalah SIM Swap Attack. Meskipun terlihat sederhana, serangan ini bisa menyebabkan kerugian finansial besar dan pencurian identitas.
SIM Swap adalah metode peretasan di mana pelaku kejahatan berhasil mengalihkan nomor ponsel korban ke kartu SIM milik mereka. Dengan begitu, pelaku bisa menerima semua panggilan, SMS, bahkan kode OTP (One Time Password) yang seharusnya hanya diterima oleh korban. Ini membuka peluang besar untuk mengambil alih akun media sosial, perbankan, hingga dompet digital.
Serangan ini biasanya diawali dengan rekayasa sosial. Pelaku menghubungi operator seluler dan berpura-pura sebagai korban, kemudian meminta pergantian SIM karena alasan seperti ponsel hilang atau rusak. Jika data pribadi korban sudah bocor lebih dulu—misalnya dari kebocoran data lain—peluang keberhasilan serangan ini makin tinggi.
Untuk melindungi diri, penting bagi pengguna untuk:
-
Mengaktifkan verifikasi dua langkah dengan aplikasi autentikator, bukan SMS.
-
Menghindari membagikan data pribadi secara sembarangan.
-
Menyadari tanda-tanda seperti hilangnya sinyal secara tiba-tiba.
Operator seluler juga diharapkan memperketat prosedur verifikasi agar tidak mudah dimanipulasi.
Dengan meningkatnya kasus SIM Swap di berbagai negara, masyarakat perlu lebih sadar akan risiko ini dan melakukan langkah preventif. Edukasi dan kewaspadaan menjadi kunci utama dalam menghadapi serangan siber yang semakin canggih.